Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ibnu Chaldun menggelar mimbar demokrasi di UIC. Diundang Ketua yayasan, rektor, para wakil rektor, para dekan, dosen dan para pimpinan mahasiswa menyampaikan pandangan dan kritikan terhadap pimpinan Universitas Ibnu Chaldun dan pimpinan Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun.
Mimbar demokrasi di Universitas Ibnu Chaldun ini sangat menarik. Pertama, diprakarsai Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ibnu Chaldun dengan melibatkan partisipasi mahasiswa dan mahasiswi.
Kedua, mendapat respon positif dari Sivitas Akademika Universitas Ibnu Chaldun termasuk rektor, dekan, dosen serta mahasiswa dan mahasiswi untuk berorasi.
Ketiga, muncul kritikan kepada Universitas dan Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun sebagai badan hukum Universitas Ibnu Chaldun.
Keempat, hadir kritikan yang keras untuk mewujudkan perbaikan honor dosen dan gaji tenaga kependidikan.
Kelima, tumbuh kesamaan pandangan untuk bersama seluruh Sivitas Akademika Universitas Ibnu Chaldun membangun kebesaran UIC.
Musni Umar Sebagai Pembicara
Musni Umar, rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) yang diundang menjadi pembicara mengemukakan di atas mimbar demokrasi tentang berbagai kemajuan yang telah dicapai selama memimpin UIC.
Pertama, memperbaiki citra Universitas Ibnu Chaldun yang terpuruk luar biasa akibat konflik di Yayasan yang menyeret UIC sehingga dinonaktifkan sebanyak dua kali yaitu tahun 2009-2014 dan tahun 2015 bersama dengan 243 PTS.
Berkat jaringan yang dimiliki, alhamdulillah Pak JK, Wakil Presiden RI hadir di kampus Universitas Ibnu Chaldun untuk membuka seminar internasional Pendidikan Islam dengan menghadirkan narasumber dari Sudan, Malaysia dan Indonesia.
Selain itu, menggunakan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan lain-lain untuk mempromosikan Universitas Ibnu Chaldun.
Di masa pandemi Covid-19, Universitas Ibnu Chaldun kembali menyelenggarakan seminar internasional tentang Peranan Masjid Dalam Membangun Peradaban Islam yang dibuka secara virtual oleh Prof Dr KH. Ma’ruf Amin dengan pembicara dari Arab Saudi, Malaysia dan Indonesia.
Kedua, mengurus akreditasi semua program studi yang mati kecuali program studi hukum dengan akreditasi C. Berkat kolaborasi dan kerja keras, akhirnya semua program studi di Universitas Ibnu Chaldun terakreditasi BAN PT dan 4 prodi yang akreditasi B.
Ketiga, meningkatkan jumlah mahasiswa. Dihadapan pengurus BEM dan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar yang juga merupakan sosiolog mengemukakan bahwa pada awal dia pimpin Universitas Ibnu Chaldun akhir tahun 2016, jumlah mahasiswa aktif sekitar 300 orang. Kini, tahun 2022 jumlah mahasiswa aktif sebanyak 2.751 orang.
Keempat, Universitas Ibnu Chaldun dalam 4 tahun terakhir ini banyak memperoleh beasiswa dari pemerintah dalam bentuk Bidik Misi, KIP dan UKT dan dari swasta. Bantuan Beasiswa bagi mahasiswa UIC sangat penting artinya untuk menolong mereka karena mayoritas mahasiswa UIC dari kalangan tidak mampu.
Selain itu, UIC memperoleh bantuan dana dari Wapres untuk merenovasi dan mencat gedung UIC yang sudah kumuh serta bantuan dari Gubernur Anies melalui Biro Pendidikan Mental Spiritual untuk mulai membangun Masjid Himmatul Ilmi Universitas Ibnu Chaldun. Karena Covid-19, pembangunan Masjid terkendala.
Membangun Tanpa Dana
Kalau membangun suatu institusi yang sedang terpuruk atau institusi baru jika tersedia dana, semua orang bisa melakukannya.
Akan tetapi, luar biasa Universitas Ibnu Chaldun bisa dibangun kembali tanpa dukungan dana sama sekali.
Problemnya sesudah UIC dibangun kembali dan sudah banyak dana, semua dana dikelola oleh Yayasan, sehingga sulit mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi karena tidak ada otonomi di bidang akademik dan non akademik.
Suara Kritis Disuarakan Dosen
S. Amina Amahoru yang populer dengan panggilan Ichi, dosen UIC yang menjadi pembicara dalam mimbar bebas bersuara kritis. Dia mengemukakan bahwa sesuai perjanjian kerja antara Yayasan dengan dia bahwa sebagai dosen tetap diberi tunjangan tiap bulan sebesar Rp 2.500.000 (Dua juta lima ratus rupiah).
Akan tetapi, yang bersangkutan sama sekali tidak direalisasikan sesuai perjanjian kerja. Dia menuntut hak para dosen tetap untuk dibayarkan tunjangan mereka. Selain itu, dia merasa sangat prihatin honor dosen per SKS setiap mengajar sangat tidak manusia.
Mantan bendahara PB HMI itu lebih lanjut mengemukakan rasa prihatin yang mendalam karena diduga keras terjadi konspirasi antara Sekretaris Yayasan dengan YHN seorang non Muslim yang melaporkan Musni Umar, Rektor Universitas Ibnu Chaldun ke Polda Metro Raya dengan tuduhan profesor gadungan. Kalau disebut profesor gadungan, maka berarti Universitas Ibnu Chaldun yang memberi gelar profesor kehormatan adalah universitas gadungan. Kita menolak keras UIC disebut universitas gadungan.
Musni Umar memperoleh dua gelar profesor dari Universitas Ibnu Chaldun dari Asia E University, Malaysia.
Dengan semangat dia menyerukan supaya seluruh Sivitas Akademika Universitas Ibnu Chaldun harus membela marwah Musni Umar sebagai rektor universitas Ibnu Chaldun karena merupakan UIC.
Pada kesempatan tersebut turut berbicara Dr. Abbas Thaha, Dekan Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Dr. Akrab Najamuddin, Dekan Fak. Pertanian dan Dr. Rahmah Marsinah, Dekan Fak. Hukum Universitas Ibnu Chaldun. Ketiganya menyerukan pentingnya persatuan, kebersamaan dan kolaborasi untuk membangun kebesaran Universitas Ibnu Chaldun.
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
