Konflik yang tengah terjadi antara Rusia dengan Ukraina, pada hakikatnya adalah konflik antara Rusia melawan Ukraina, melawan Amerika Serikat dan negara-negara NATO.
Jauh sebelum Rusia melakukan operasi militer terhadap Ukraina, Amerika Serikat dan negara-negara NATO sudah mengirim para ahli militer untuk melatih tentara Ukraina. Tidak hanya Amerika Serikat dan negara-negara NATO melatih tentara Ukraina, tetapi juga memasok senjata, memberi bantuan dana dan segala macam keperluan Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
Jadi, konflik Rusia melawan Ukraina, juga merupakan konflik melawan Amerika Serikat dan negara-negara NATO. Itu sebabnya, sudah hampir satu bulan Rusia melakukan spesial operasi militer terhadap Ukraina, Rusia belum berhasil merebut Kiev ibu kota Ukraina. Tetapi telah menghancurkan kota lainnya seperti Kharkiv kota terbesar ke-2 di Ukraina dan kota Mariupol.
Mariupol mengalami kerusakan terparah akibat bom dan serangan terus-menerus oleh Rusia. Kota itu menjadi kunci kesuksesan strategi militer Rusia di Ukraina. https://t.co/gLI45rSomG
— detikcom (@detikcom) March 23, 2022
Rusia Gunakan Hipersonik
CNBC Indonesia melaporkan, Rusia akhirnya menggunakan rudal hipersonik dalam melawan Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia mengaku mereka telah menggunakan Kinzhal (berarti belati dalam bahasa Rusia), rudal aerobalistik hipersonik.
Senjata itu dikerahkan untuk menghancurkan gudang bawah tanah rudal Ukraina dan amunisi penerbangan di Delyatin, di wilayah Ivano-Frankivsk, Ukraina barat.
Pemerintah Rusia mengatakan telah menggunakan rudal aerobalistik hipersonik Kinzhal lagi untuk menghancurkan basis penyimpanan besar bahan bakar dan pelumas Ukraina di wilayah Mykolaiv.
Dalam sebuah pernyataan, Moskow menyebut bahwa itu adalah basis pasokan bahan bakar utama untuk kendaraan lapis baja Ukraina di daerah pertempuran di Ukraina selatan.
CNBC Indonesia mengutip kantor berita Rusia mengatakan bahwa penggunaan rudal hipersonik yang dilaporkan menjadi yang pertama kalinya digunakan militer Rusia dalam serangan ke Ukraina, sejak dimulai pada 24 Februari lalu.
Biden mengatakan salah satu alasan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menggunakan rudal hipersonik di Ukraina karena Moskow dalam keadaan terdesak. Menurutnya, Putin sudah tak memiliki pilihan lain selain menggunakan cara brutal dalam melancarkan invasin karena “operasi militernya” yang sudah berlangsung lebih dari tiga pekan itu belum juga membuahkan hasil signifikan.
Sederet Senjata Mengerikan Rusia, Ada Hipersonik Kinzhal https://t.co/UGUtvvr0gP
— CNBC Indonesia (@cnbcindonesia) March 22, 2022
Rusia Bakal Pakai Senjata Nuklir?
Biden, Presiden Amerika Serikat telah mengemukakan bahwa Rusia menggunakan senjata Hipersonik di Ukraina karena terdesak.
Pernyataan Presiden Biden itu, jika benar, maka terbuka peluang Rusia menggunakan senjata nuklir untuk menaklukkan Ukraina, yang juga berarti mengalahkan Amerika Serikat dan negara-negara NATO.
Sejauh ini, Rusia hanya mengatakan bakal pakai senjata nuklir jika ada ancaman eksistensial. Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir jika menghadapi ancaman eksistensial. Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov saat diwawancara CNN, Selasa (22/3).
“Jika ada ancaman eksistensial terhadap negara kami, maka bisa digunakan sesuai dengan prinsip kami,” kata Peskov.
Sekarang ini, sejumlah pihak sangat khawatir Rusia bakal memakai senjata nuklirnya saat melawan Ukraina. Namun, Peskov tidak menjawab tegas soal kemungkinan penggunaan senjata nuklir untuk melawan Ukraina atau negara-negara Barat.
Putin Wajibkan Ekspor Gas Rusia dengan Mata Uang Rubel, Harga Gas Eropa Langsung Melonjak 21 Persen https://t.co/ErYMSMbZ8r pic.twitter.com/NFcwFRWfa7
— KOMPAS TV (@KompasTV) March 23, 2022
Rusia Siap Gunakan Senjata Nuklir Jika Merasa Terancam https://t.co/55FaADXRry
— VivaCoid (@VIVAcoid) March 23, 2022
Putin Jalin Hubungan Dengan Prancis dan Turki
Sebelum Presiden Putin melakukan spesial operasi militer terhadap Ukraina, Presiden Macron dari Prancis, begitu pula Presiden Erdogan, aktif melakukan pembicaraan dengan Presiden Putin.
Dampak positif dari hubungan komunikasi tersebut kedua negara itu, walaupun ditekan oleh Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi, kedua negara itu tidak menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Sebagaimana diketahui bahwa Prancis merupakan anggota NATO yang memiliki kekuatan angkatan bersenjata yang hebat, begitu juga Turki.
Kedua negara itu, tetap menjaga hubungan baik dengan Rusia, dan Turki sebagai negara yang berdekatan dengan Rusia aktif mencari solusi damai dengan mempertemukan Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia dengan Dmytro Kuleba, Menteri Luar Negeri Ukraina untuk berunding langsung di Turki.
Walaupun belum memberi hasil damai antara Rusia dengan Ukraina sebagaimana yang diharapkan, tetapi upaya Turki patut diapresiasi.
Erdogan tekankan diplomasi jadi jalan keluar dari perang Rusia-Ukraina https://t.co/tcN5TiZel8 pic.twitter.com/8ERlkEFhbz
— Anadolu Agency Indonesia (@AnadoluAgencyID) March 23, 2022
Presiden Prancis Emmanuel Macron menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin terkait Ukraina. Keduanya membahas mengenai kemungkinan gencatan senjata di Ukraina https://t.co/frwurOyRV7
— detikcom (@detikcom) March 23, 2022
Orang Kaya Rusia di Turki
Turki sebagai anggota NATO yang tetap menjaga hubungan baik dengan Rusia, telah menjadi tempat yang dianggap nyaman dan aman bagi orang-orang kaya Rusia yang dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat dan negara-negara barat karena dianggap orang dekat Putin.
Sebuah kapal pesiar mewah yang dikaitkan dengan oligarki Rusia yang terkena sanksi, Roman Abramovich, terlihat berlayar beberapa kilometer dari pantai barat daya Turki pada Senin.
Data penelusuran kapal menunjukkan kapal itu terlihat di Turki setelah melintasi perairan Uni Eropa (EU) dalam beberapa hari terakhir.
Abramovich adalah miliuner Rusia yang dimasukkan ke daftar hitam EU pekan lalu bersama puluhan orang super kaya Rusia lainnya. Pemerintah negara-negara EU telah menyita sejumlah kapal pesiar dan aset mewah milik mereka.
Sejumlah pemimpin dunia sedang berusaha mengisolasi Presiden Vladimir Putin dan sekutunya karena agresi militer Rusia di Ukraina.
Media memberitakan bahwa pekan lalu, Abramovich terbang meninggalkan Istanbul dengan jet pribadinya. Menurut data penelusuran pesawat, penerbangan itu merupakan kali kedua yang dilakukan oleh jet Abramovich antara Istanbul dan Moskow dalam tiga hari.
Dengan demikian, konflik antara Rusia dengan Ukraina, Turki dianggap negara yang nyaman dan aman bagi orang-orang super kaya di Rusia untuk tempat tinggal karena mereka masuk daftar hitam di negara-negara Eropa.
Kondisi demikian pasti menguntungkan Turki karena mereka bisa diajak investasi untuk memajukan ekonomi Turki, membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat Turki.
Takut Disita, Kapal Pesiar Oligarki Rusia Abramovich Nyender di Turki https://t.co/clQ7YQ4gmL
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) March 22, 2022
Putin ke Indonesia Setelah Menang?
Pemimpin Rusia Vladimir Putin akan berencana datang ke Indonesia menghadiri KTT G20 yang diselenggarakan di Bali akhir tahun 2022 ini. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia.
Hal ini merupakan suatu strategi dimana Putin secara tidak langsung meng-klaim bahwa Rusia telah menang walaupun konflik Ukraina-Rusia sampai saat ini belum berhenti. Sampai detik ini bahkan belum ada kesepakatan apapun yang disetujui kedua negara.
Hanyalah waktu yang akan menjawab akankah Putin dapat berkunjung ke Indonesia menghadiri KTT G20.
Mengapa Banyak Warga Indonesia Dukung Putin Invasi Ukraina? https://t.co/GHSafeKi3h
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) March 11, 2022
Heboh Rencana Vladimir Putin Hadiri G20 di Bali, Disorot Banyak Media Asing, China Beri Dukungan
https://t.co/k3RiozGmXh via @tribunnews— Tribunnews.com (@tribunnews) March 23, 2022

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
