Pada sore hari, jika hujan lebat, seolah sudah langganan suka macet khususnya di jalan MH Thamrin dan Jenderal Sudirman Jakarta terutama hari Jumat, sebelum memasuki akhir pekan untuk libur Sabtu-Ahad.
Kemarin sore saya menduga, Jumat pertama di bulan Ramadhan, terjadi macet di Jakarta ketika karyawan pemerintah (ASN) dan karyawan swasta pulang dari kerja.
Oleh karena bulan Ramadhan, maka seluruh karyawan pemerintah dan karyawan swasta, pulangnya lebih awal dari hari biasa, maka kemacetan di jalan raya di Jakarta akibat hujan lebat, diprediksi terjadi.
Pada bulan Maret 2022, ada media sosial yang memberitakan bahwa Jakarta kembali macet. Solusi yang ditawarkan bahwa genap-ganjil tetap di terapkan dan pembatasan produksi mobil.
Hari Rabu ke Kampung Rambutan
Mau ke pasar untuk belanja.
Dari pada kamu macet – macetan.
Ayo mendingan naik Transjakarta aja! pic.twitter.com/YpA4zRmMaW— Transportasi Jakarta (@PT_Transjakarta) March 15, 2022
#TransJakarta memperpanjang jam layanan operasional bus menjadi pukul 05.00 hingga 22.00 WIB. Penyesuaian tersebut berlaku mulai Senin pekan depan. https://t.co/FnOIJGLJzO
— detikcom (@detikcom) April 8, 2022
Kolaborasi dan Partisipasi
Saya tiap hari melintasi jalan Sudirman, jalan MH. Thamrin, jalan Pramuka dan Jalan Pemuda, Jakarta Timur. Tiga ruas tersebut tidak nampak macet. Akan tetapi, saya akui kalau hujan lebat apalagi hari Jumat, jalan di Sudirman mulai dari Polda Metro Jaya sampai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi RI macet.
Pada masa Covid-19, ketika terjadi berbagai pembatasan, maka nampak tidak ada kemacetan, namun ketika kehidupan ekonomi mulai normal, tidak bisa dihindari kemacetan pada jam-jam tertentu terutama pada sore hari di hari Jum’at.
Untuk mencegah kemacetan yang parah seperti di masa lalu, maka kolaborasi dan partisipasi warga Jakarta amat diperlukan. Contoh kolaborasi dan partisipasi warga Jakarta, adalah membiasakan menggunakan transportasi massal seperti Transjakarta.
Sahabat TiJe, guna meningkatkan kelengkapan fasilitas dan kenyamanan pelanggan, Transjakarta akan melakukan revitalisasi di 11 Halte.
Mulai tanggal 15 April 2022,
9 dari 11 Halte akan dilakukan penutupan sementara yaitu :
1. Halte Dukuh Atas 1
2. Halte Tosari
3. Halte Juanda pic.twitter.com/GaD6qMiFuG— Transportasi Jakarta (@PT_Transjakarta) April 8, 2022
Mengintip spesifikasi BYD K9, 30 bus listrik TransJakarta yang resmi beroperasi di Jakarta. #kumparanOTO https://t.co/Wza4FEBujK
— kumparan (@kumparan) March 9, 2022
Solusi Transjakarta
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Jakarta menurut Anies Baswedan adalah pergerakan penduduknya yang secara resmi sebanyak 11 juta jiwa. Akan tetapi, kendaraan bermotor roda duanya 13 juta.
Mengubah budaya warga dari naik motor ke kendaraan umum seperti Transjakarta tidak mudah. Akan tetapi, suka tidak suka dan mau tidak mau, warga harus menggunakan transportasi massal seperti yang dilakukan di negara-negara maju.
Mengapa warga Jakarta harus menggunakan transportasi massal? Menurut saya, setidaknya ada enam alasan warga harus menggunakan transportasi massal.
Pertama, untuk memastikan tidak terulang Jakarta sebagai kota yang sangat tingkat kemacetannya.
Kedua, untuk mengurangi polusi udara di Jakarta, yang beberapa waktu lalu cukup tinggi.
Ketiga, untuk mencegah kepadatan lalulintas di Jakarta dan sekitarnya.
Keempat, untuk melindungi warga Jakarta dari bahaya polusi udara akibat kepadatan kendaraan di Jakarta.
Kelima, untuk melindungi keselamatan warga dari bahaya kecelakaan di jalan raya yang cukup tinggi.
Keenam, Transjakarta secara bertahap telah berpindah menggunakan bus listrik, sehingga sangat bermanfaat dalam upaya mengurangi dan pada saatnya menihilkan polusi udara di Jakarta.
Solusi permanen yang harus diperjuangkan ialah menggunakan Transjakarta sebagai moda transportasi yang berstandar kelas dunia ini.
Sudahkah Anda mencoba bus listrik TransJakarta?
Peluncuran bus bertenaga listrik pertama di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, diharapkan menjadi lompatan besar bagi moda transportasi publik dan mewujudkan target nol emisi di masa depan. pic.twitter.com/vUiL5XYxjW
— Indosat Business (@IndosatBusiness) March 21, 2022
Kurangi Kendaraan
Setiap hari berbagai jenis kendaraan diproduksi oleh perusahaan. Sementara mereka yang mempunyai uang, selalu membeli kendaraan baru, sehingga memiliki banyak mobil di rumah.
Pada tataran lain, masyarakat menengah ke bawah, hampir setiap orang beli motor. Dampaknya lebih banyak motor di Jakarta daripada penduduknya.
Pertanyaannya, bagaimana mengurangi kendaraan motor dan mobil di Jakarta.
Menurut saya, setidaknya ada syarat yang harus dilakukan warga Jakarta.
Pertama, menyadarkan masyarakat agar kolaborasi dan partisipasi menggunakan moda transportasi massal.
Kedua, mengenakan biaya parkir motor dan mobil yang mahal, agar masyarakat tidak menggunakan motor dan mobil pada saat melaksanakan aktivis tiap hari karena biayanya mahal.
Ketiga, membatasi produksi motor di Jakarta. Tapi ini tidak mudah karena ada kaitannya dengan investasi dan penyediaan lapangan pekerjaan.
Keempat, mengenakan pajak yang tinggi kepada perusahaan produsen motor dan mobil.
Kelima, membudayakan penggunaan transportasi massal karena murah, aman dan selamat.
Akhirnya disimpulkan bahwa untuk mencegah tingkat kemacetan yang parah di Jakarta, solusinya hanya satu, warga harus beralih menggunakan Transjakarta sebagai moda transportasi massal yang modern dan memiliki standar pelayanan yang berskala dunia.
Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi warga Jakarta, pemerintah daerah dan direksi moda transportasi massal.
PT Transpotasi Jakarta (Transjakarta) berhasil meraih penghargaan Sliver Champion pada Indonesia WOW Brand Award 2022 dengan kategori City Transportation Jabodetabek.
Penghargaan ini menjadi motivasi bagi Transjakarta untuk terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. pic.twitter.com/ULu7IjsWfx
— Transportasi Jakarta (@PT_Transjakarta) April 6, 2022
Pekerjaan pembangunan CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta berjalan sesuai jadwal. Per 25 Maret 2022, perkembangan pembangunan telah mencapai 36,32 persen. Selengkapnya di https://t.co/l5CpJuwzWc pic.twitter.com/TRyIJSfdyN
— MRT Jakarta (@mrtjakarta) April 7, 2022

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
