Tidak ada manusia yang tahu kapan ajal akan datang. Itulah yang dialami Prof. Dr. H. Fahmi Idris, SE., MH., Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Perindustrian RI.
Pada bulan Ramadhan saya bersilaturrahim di kediamannya sambil minta nasihat. Pada saat itu, dia memberitahu saya, akan diberi Profesor oleh Universitas Negeri Padang (UNP) dalam Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
Pada saat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. setelah shalat Idul Fitri di JIS, saya langsung di kediamannya di Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Saya bertemu puterinya Fahira Idris dan suaminya. Saya menyaksikan kondisi kesehatannya baik-baik saja dan bahkan saya berfoto dengan beliau yang sudah siap dengan isteri untuk silaturrahim dengan keluarga isteri.
Kemarin (Sabtu, 21/5} saya membaca tweet Fahira Idris di Twitter yang mohon didoakan Fahmi Idris yang sedang sakit. Saya langsung respon dengan menulis di Twitter, kita mendoakan Prof. Dr. H. Fahmi Idris segera sembuh. Aamiin.
Akan tetapi, Allah telah menetapkan ajalnya, siang hari ini (22/5) setelah saya olahraga jalan kaki di Car Free Day di Jalan Jenderal Sudirman-MH. Thamrin, sahabat saya Avid Solihin, Sekretaris Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) menelpon dan memberitahu saya bahwa bang Fahmi Idris meninggal dunia. Dia tanya apa mau ta’ziah, saya katakan ya, Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Politikus Senior Golkar Fahmi Idris Meninggal Pagi Ini https://t.co/75pG4JOCn6 #TempoNasional
— TEMPO.CO (@tempodotco) May 22, 2022
Fahmi Idris Meninggal, Politikus Kawakan Mantan Menaker Era Habibie https://t.co/ioJjtRT3GB
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) May 22, 2022
Mentor, Disiplin dan Pembelajar
Selama 5 tahun saya mendampingi beliau sebagai sekretaris Departemen Koperasi dan Wiraswasta DPP Golkar merangkap Anggota kordinator Bidang Ekonomi DPP Golkar pada akhir pemerintahan Pak Harto.
Pada saat itu saya banyak belajar dari beliau. Saya anggap beliau sebagai mentor saya. Dia mengajarkan kepada saya pentingnya disiplin. Tidak saja mengajarkan disiplin, tetapi juga memberi contoh. Misalnya, kalau mau rapat sebelum waktu rapat yang ditetapkan, beliau sudah siap ditempat rapat. Kalau terlambat misalnya macet, beliau telepon memberitahu. Kalau mau bertemu dengan menteri, 30 menit beliau sudah siap. Saya 40 menit sebelum pertemuan dengan menteri diminta sudah hadir ditempat.
Allahyarham Prof Dr Dr Fahmi Idris, SE., MH., mengajari saya bahwa untuk sukses dalam hidup di masa depan harus mempunyai ilmu dan harta. Kalau bisa kita raih dua-duanya. Jika tidak salah satunya ilmu atau harta.
Di masa depan untuk menjadi politisi harus mempunyai uang karena untuk meraih kedudukan di DPR harus biaya sendiri.
Nasihat Prof Dr Dr Fahmi Idris itu mendorong saya kuliah di Universitas Indonesia (UI) kemudian di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
Nasihat lain yang beliau berikan kepada saya, kalau diundang menjadi pembicara atau hadir dalam suatu diskusi atau seminar harus siap dengan bahan yang akan dibicarakan. Supaya tidak lupa harus dicatat point-point yang disampaikan.
Fahmi Idris: Yakin Indonesia Bangkit Jika Memiliki Pemimpin Yang Pintar Berintegritas – https://t.co/bjXWd8x1xJ
— Musni Umar (@musniumar) November 8, 2021
Contoh Teladan
Prof Dr Dr Fahmi Idris, SE., MH., tidak hanya menasehati para yuniornya, tetapi memberi contoh teladan.
Setelah selesai menjadi Menteri di era BJ. Habibie dan di era SBY, Allahyarham melanjutkan pendidikan S2, dan S3 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan meraih gelar Doktor Cum Laude dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Hebatnya, tidak puas dengan gelar Doktor yang diraihnya di UNJ, dia mendaftar lagi menjadi mahasiswa di Fakultas Budaya Universitas Indonesia dalam bidang Filsafat, dan lulus Doktor dengan predikat Cum Laude.
Dengan demikian, nasihat Prof Dr Fahmi Idris kepada saya supaya meraih ilmu dan harta, beliau meraih kedua-duanya dan bahkan meraih pula kekuasaan sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di era BJ. Habibie dan era SBY dan menjadi Menteri Perindustrian RI di era SBY-JK.
Oleh karena itu, Allahyarham adalah contoh teladan yang patut diikuti oleh anak bangsa terutama generasi muda yang tengah berjuang membangun karir.
Sebagai sosiolog yang pernah
menghafal Alqur'an 30 Juz, saya sangat apresiasi Fahmi Idris mendirikan Akademi Tahfiz Alquran. Saya yakin dan optimis akan sukses seperti PTIQ yang segera berubah menjadi universitas. https://t.co/DbdvYMxy2h— Musni Umar (@musniumar) February 23, 2021
Dirikan Akademi Tahfiz Al-Qur’an
Setelah Prof Dr Dr Fahmi Idris, SE., MH., tidak menduduki posisi di pemerintahan, beliau masih aktif sebagai pengusaha, menjadi anggota Dewan Pembina Golkar, dan aktif di dunia akademik sebagai dosen.
Selain itu, beliau mendirikan Akademi Tahfiz Al-Qur’an yang mahasiswanya wajib menghafal Al-Qur’an 30 juz.
Mahasiswa yang diterima belajar di Akademi Tahfiz Al-Qur’an diberi beasiswa penuh oleh Yayasan yang didirikannya.
Oleh karena itu, ketika beliau wafat banyak yang mendoakan. Tidak hanya itu, banyak sekali yang datang takziah dikediaman Allahyarham seperti Pak JK dan isteri, Akbar Tandjung, Bambang Soesatyo, Rachmat Gobel, MS. Hidayat, A. Riza Patria, Boy Rafli Amar, Mochamad Iriawan, Ahmad Ganis, KH Slamet Maarif, KH Usamah Hisyam dan banyak tokoh.
Ditempat pemakaman Prof Dr Dr Fahmi Idris di Tanah Kusir yang dimakamkan satu liang lahat dengan almarhumah Kartini Fahmi Idris binti KH Hasan Basri (isteri pertama), sangat ramai yang menghantar. Nampak MS. Hidayat, Roy Suryo, Yuddy Chrisnandi, KH. Amidan, Musni Umar, dan para tokoh Golkar, masyarakat luas dan para pengurus Bang Japar. Hadir dan memberi sambutan Anies Baswedan, Akbar Tandjung. Sedang pemandu acara pemakaman Prof Dr Arief Rahman.
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
