Transjakarta melayani warga DKI Jakarta tanpa mengenal hari libur. Hal tersebut dibuktikan pada 10 Zulhijjah 1443 H yang tidak lain adalah Hari Raya Idul Adha, Pramudi (driver) Transjakarta masih melayani warga DKI Jakarta yang mau berwisata di kota tua.
Saya dan isteri termasuk yang memanfaatkan jasa Transjakarta. Pada hari lebaran Idul Adha 10 Zulhijjah 1443 H, saya dan isteri termasuk yang menggunakan Transjakarta menuju kota tua
Sejatinya tujuan kami ke Chinatown, karena belum tahu lokasinya, kami menuju kota tua dengan harapan kota tua tidak jauh dari lokasi Chinatown.
Kami dari rumah mengendarai mobil pribadi lalu parkir dihalaman Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Dari halaman Masjid Agung Al Azhar kami jalan kaki menuju Halte Transjakarta Masjid Agung Al Azhar, kemudian naik Transjakarta menuju kota tua. Kami turun di depan kota tua menuju alun-alun kota tua.
Di kawasan kota tua sekarang ini, sedang ditata dengan membuat pedestarian yang luas mirip jalan jenderal Sudirman Jakarta Selatan. Menurut Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta Dr. Hari Nugraha bahwa penataan kawasan kota tua akan selesai akhir Juli 2022.
Jika penataan kawasan kota tua sudah selesai, maka kawasan itu akan sangat indah, nyaman dan aman sebagai lokasi olahraga jalan kaki seperti di jalan Sudirman Jakarta.
Mereka yang terbiasa mengendarai mobil pribadi terpaksa akan naik Transjakarta karena dikawasan kota tua tidak tersedia tempat parkir yang cukup sebab telah diubah sebagai taman dan pedestarian yang luas.
Sarapan bubur di Kota Tua.
Naiknya Transjakarta koridor 1 Blok M – Kota.
Selamat pagi sahabat TiJe semua!
Jangan lupa selalu tap out ya saat turun di halte Transjakarta! pic.twitter.com/3nskw8KFpB— Transportasi Jakarta (@PT_Transjakarta) June 28, 2022
Peran Transjakarta
Di alun-alun kota tua, saya menyaksikan warga dari berbagai penjuru Jakarta datang ke lokasi tersebut dengan menggunakan Transjakarta.
Warga Jakarta sudah mengetahui bahwa di alun-alun kota tua tidak cukup tersedia tempat parkir mobil pribadi dan motor. Oleh karena itu, mayoritas warga DKI Jakarta yang melancong di kota tua menggunakan Transjakarta. Tidak hanya warga DKI Jakarta yang menggunakan Transjakarta, tetapi juga turis asing yang datang ke kota tua menggunakan Transjakarta.
Kendala yang dihadapi warga DKI dan turis manca negara karena kawasan kota tua termasuk halte Kota Transjakarta sedang dalam renovasi dan penataan, sehingga tidak terlalu nyaman, tetapi warga bisa memahami dan turis asing bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Sebagai catatan dari pengamatan langsung di alun-alun kota tua yang juga ada lima museum, saya menyaksikan dengan penuh bahagia, warga DKI Jakarta dan turis manca negara yang datang ke lokasi itu, memberi dampak ekonomi yang positif sebab mereka melakukan transaksi.
Sebagai contoh, banyak anak-anak, remaja, pemuda (i) dan emak-Emak-Emak berfoto dengan petugas sebagai penggambaran di masa penjajahan Belanda, mereka memberi tips. Begitu pula sewa sepeda yang biasa dipergunakan para petugas dan pegawai di masa penjajahan Belanda, mereka membayar sewa, dan berbagai kegiatan warga seperti seorang penyanyi dengan gitarnya, tidak sedikit yang memberi tips.
Belum lagi restoran yang tersedia di kawasan tersebut ramai dikunjungi warga untuk makan siang, dari restoran paling mahal seperti Cafe Batavia sampai restoran untuk kelas menengah ke bawah.
Dengan demikian, kota tua dan alun-alunnya, bukan saja sebagai lokasi berwisata yang menarik karena menghadirkan ingatan di masa lampau yang tercermin dari bangunan kuno yang dirawat baik sebagai peninggalan sejarah yang amat berharga bahwa bangsa Indonesia pernah mengalami penjajahan yang sangat lama.
Selain itu, lokasi kota tua telah menjadi arena transaksi bisnis yang menghadirkan perputaran ekonomi di lapisan masyarakat. Dampak terjadi pemerataan ekonomi dan keadilan sosial.
Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi masyarakat DKI Jakarta pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
