Tidak ada yang tahu kapan seorang manusia akan wafat, dan juga tidak ada yang tahu dimana akan meninggal dunia.
Itulah yang dialami Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE, yang lahir di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, 4 Maret 1955, dan wafat pada 18 September 2022 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kepergian untuk selamanya Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE, merupakan kehilangan putra terbaik bangsa Indonesia. Dia bukan saja seorang akademisi dan cendekiawan Muslim Indonesia yang terkemuka, tetapi sangat kritis terhadap berbagai persoalan bangsa seperti masalah sosial, politik, demokrasi dan sebagainya.
Tulisan, pernyataan dan komentarnya yang kritis selalu menghijau media mainstream, media elektronik (TV, Radio) dan media sosial. Jabatan terakhir Allahyarham adalah sebagai Ketua Dewan Pers masa bakti, periode 2022-2025. Akan tetapi, masih pada awal menjabat sebagai Ketua Dewan Pers, Allah sudah memanggilnya untuk selamanya pada 18 September 2022.
Azyumardi Azra, Intelektual Islam Bergelar 'Sir' Pertama di Indonesia https://t.co/YM8apmHKSl
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) September 18, 2022
Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia. Azyumardi wafat usai menjalani perawatan di rumah sakit di Selangor, Malaysia. Turut berduka cita… https://t.co/LJoLPTpg8H
— detikcom (@detikcom) September 18, 2022
Azyumardi Azra, a prominent Muslim scholar who played a leading role in modernizing higher Islamic education in Indonesia and whose global influence as a promoter of interfaith dialogue earned him the prestigious honorary title of Commander of the Order… https://t.co/ycL2g0SEgT
— The Jakarta Post (@jakpost) September 18, 2022
Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal di Malaysia, Minggu (18/9). Azra adalah intelektual Islam, guru besar sejarah, dan mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah.
3 bulan lalu, dalam wawancara dengan Narasi, Azra menekankan pentingnya reformasi jilid 2.https://t.co/HcvdXgAAg8 pic.twitter.com/GfPPgQPeEp
— Narasi Newsroom (@NarasiNewsroom) September 18, 2022
Pendidikan dan Aktivis HMI
Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE, memiliki pendidikan yang luar biasa.
Dia memulai karier di bidang pendidikan tinggi sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1982. Pada masa menjadi mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta, dia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat tahun 1981-1982.
Selain itu, Azyumardi Azra menjadi wartawan Panji Masyarakat, sebuah majalah yang didirikan dan diasuh oleh Buya Hamka (Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah) yang beralamat di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Setelah Allahyarham meraih sarjana di IAIN (sekarang UIN), atas bantuan beasiswa Fulbright, dia melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dan berhasil meraih gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, University of Columbia, Amerika Serikat tahun 1988.
Dia memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989.
Pada 1992, ia memperoleh gelar Master of Philosophy (M.Phil) dari Departemen Sejarah, Universitas Columbia tahun 1990. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan doktoral dan merah Doctor of Philodophy (Ph.D) dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama ini the Seventeenth and Eighteenth Centuries.
Tahun 2004 disertasi Azyumardi yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).
Pada tahun 1993, Azyumardi Kembali ke Jakarta, lalu mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam.
Tahun 1994-1995 dia mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.
Azyumardi pernah pula menjadi profesor tamu pada University of the Philippines, Manila dan Universiti Malaya, Kuala Lumpur pada tahun 1997.
Selain itu, Allahyarham adalah anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997-1999.
Pembangun UIN Syarif Hidayatullah
Pada 1998-2006, Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE menjadi Rektor IAIN Jakarta, dengan Menteri Agama RI Prof Malik Fajar, MA.
Di awal Orde Reformasi, atas persetujuan pemerintah Allahyarham mengubah IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Tidak saja mengubah IAIN menjadi UIN, tetapi juga mendirikan berbagai fakultas umum seperti Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), di fakultas tersebut saya pernah mengajar Sosiologi.
Selain itu, Azyumardi Azra membangun kampus UIN yang hebat dan modern atas pinjaman dana dari Islamic Development Bank (IDB).
Kenangan Pribadi
Sebagai sesama akademisi dan ilmuan, saya banyak berinteraksi dengan beliau. Pertama, sewaktu menjadi pengajar di FISIP UIN pada masa Prof Dr Bachtiar Effendy, menjadi Dekan FISIP.
Kedua, pada saat saya menjadi Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, beliau saat itu sudah selesai masa baktinya di UIN Syarif Hidayatullah, kemudian menjadi Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Dia menasehati saya supaya membangun kampus Universitas Ibnu Chaldun yang hebat dengan bantuan dana dari IDB. Akan tetapi, status tanah yang ditempati UIC masih ada masalah dan terbatas luas tanahnya.
Ketiga, beberapa kali kami bersama menjadi pemakalah, antara lain dalam kegiatan program pemberdayaan sosial yang dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta. Saya mengagumi kehebatan beliau dalam mengurai sejarah dikaitkan dengan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Jujur dan Kritis
Saya memastikan bahwa Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE, adalah orang baik dan jujur. Buktinya, setelah pensiun dari UIN Syarif Hidayatullah, tidak memiliki mobil yang mewah dan tidak ada sopir.
Kalau ada undangan, dia datang dengan naik taksi. Pakaiannya sederhana. Pada hal kalau mau memperkaya diri saat menjadi Rektor UIN Jakarta dua periode, saat pembangunan kampus UIN, pasti setelah lengser sebagai Rektor pasti masih bisa membayar sopir pribadi dan mobil mewah seperti yang banyak kita saksikan saat ini.
Kalau lihat pendidikan dan kepakarannya, tidak banyak seperti dia. Namun, Allahyarham Azyumardi memilih hidup sederhana. Sebagai cendekiawan yang hebat ia memegang prinsip kejujuran dan kebenaran, dia memilih hidup seadanya. Pada hal, kalau mau peroleh jabatan tinggi dan kemewahan, sangat mudah. Dia jual saja idealisme dengan menjilat penguasa, pasti diberi jabatan empuk dan kekayaan yang melimpah.
Akhirnya segala gelar dan titel yang diraih serta kehormatan yang diperoleh Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE, seperti gelar kehormatan Commander of the Order of British Empire dari Kerajaan Inggris Lump menjadi ‘Sir’ yang pertama diperoleh tokoh dari Indonesia tinggal kenangan. Semoga generasi muda teristimewa para kader HMi bisa meneladani dan mencontoh Allahyarham Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE.
Selamat jalan Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., MA.، CBE. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah dan wafat dalam husnul khatimah.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
