Tidak ada kata yang pantas diucapkan kecuali dukacita yang amat dalam atas terjadinya tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan kematian begitu banyak.
Kematian yang sangat banyak jumlahnya sangat disesalkan, dan banyak orang tua, keluarga, sahabat, teman dan bangsa Indonesia tidak bisa menerima tragedi tersebut.
Sebagai sosiolog, perkenankan saya memberi analisis atas tragedi kemanusiaan di stadion Kanjuruhan. Menurut saya, bisa saja berbagai penyebab terjadinya tragedi kemanusiaan di stadion Kanjuruhan.
Tulisan ini, tujuannya bukan untuk menghujat yang bersalah dalam kasus kematian warga di tragedi kemanusiaan di Kanjuruhan, tetapi penting mengungkap masalah tersebut agar menjadi pelajaran dan tidak terulang di masa depan.
Pertama, penyebab kerusuhan yang berujung kematian massal diduga adalah penonton. Penonton tidak terbiasa menerima kekalahan tim kesayangannya Arema Malang. Padahal dalam pertandingan sepak bola atau pertandingan apapun, bisa menang dan bisa pula kalah. Masalah ini penting disadarkan para penonton, kalau kalah tim kesayangannya sebaiknya menerima kekalahan. Sebaliknya kalau menang, patut gembira dan berpesta tanpa melampaui batas.
Kedua, penyebab kerusuhan bisa saja pemain. Pemain tidak bermain maksimal, sehingga para penonton yang merupakan penggemar (Fans Arema) menjadi emosi. Padahal para pemain Arema tidak bermain maksimal bisa disebabkan berbagai faktor diantaranya mereka berada dalam tekanan para penggemarnya (supporter) atau bisa juga lawannya (Persibaya) lebih siap.
Kalau terjadi seperti ini, para penonton tidak usah emosi dan melampiaskan kemarahan dengan turun ke lapangan seperti yang terjadi dalam kasus kerusuhan yang berujung kematian massal di stadion Kanjuruhan Malang.
Ketiga, penyebab kematian yang sangat banyak ialah stadion Kanjuruhan Malang tidak memadai. Amarah penonton yang disebabkan berbagai faktor tidak didukung oleh stadion Kanjuruhan yang memadai untuk mengevakuasi penonton yang tidak ikut turun ke lapangan untuk memprotes kekalahan tim kesayangan Arema Malang.
Keempat, penyebab kerusuhan yang berujung kematian yang sangat banyak tidak tertutup kemungkinan adalah wasit. Wasit yang memimpin pertandingan, bisa saja dituduh tidak adil dalam memimpin pertandingan, yang kemudian meletupkan kemarahan para penonton. Jadi, kerusuhan di stadion Kanjuruhan bisa saja salah satu pemicunya adalah wasit. Oleh karena itu, para wasit yang memimpin pertandingan harus adil dan tidak boleh memihak kepada salah satu tim.
Kelima, penyebab kematian massal adalah aparat semprotkan gas air mata yang menyebabkan kepanikan, yang membuat penonton berebut keluar stadion. Imbasnya, banyak penonton terinjak-injak dan kehabisan nafas di dalam stadion.
Banyak yang menyampaikan protes sehubungan adanya semprot gas mata air ke dalam stadion, sehingga banyak yang Ami sesak nafas dan meninggal dunia.
FIFA sejatinya sudah melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola jika terjadi kerusuhan, tetapi entah apa yang menjadi alasan sehingga dilakukan penggunaan gas air mata untuk memadamkan kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang.
Live from Kanjuruhan Stadium pic.twitter.com/nYyqaw5lhy
— Jessica Washington (@JesWashington) October 3, 2022
“The football world is in a state of shock following the tragic incidents that have taken place in Indonesia at the end of the match between Arema FC and Persebaya Surabaya at the Kanjuruhan Stadium." – FIFA President Gianni Infantino.
Full statement: https://t.co/dksCbowInH
— FIFA Media (@fifamedia) October 2, 2022
Media Asing Soroti Puluhan Anak Tewas di Tragedi Kanjuruhan https://t.co/P4nOsAilNR
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) October 4, 2022
Kengerian saat Tragedi Kanjuruhan https://t.co/6qDlevjkgO
— suaradotcom (@suaradotcom) October 4, 2022
Pelajaran Bagi Dunia Sepak Bola
Tragedi kemanusiaan Kanjuruhan Malang merupakan musibah yang mencoreng persepakbolaan Indonesia. Di Kanjuruhan, ratusan jiwa berpulang. Yang tersisa adalah kesedihan dan nestapa.
Orang tua, saudara, famili, sahabat, teman dan seluruh bangsa Indonesia bahkan dunia persepakbolaan di manca negara ikut berdukacita atas musibah di Kanjuruhan. Mereka yang meninggal dunia secara massal akan dikenang.
Amarah tumpah di tengah lapangan atas kekalahan tim kesayangan, yang dijawab dengan gas air mata membumbung mengadang pernapasan. Dunia sepak bola Indonesia berduka. Berbagai perkumpulan sepak bola di seluruh dunia ikut berduka.
Semoga tragedi di Kanjuruhan yang merenggut begitu banyak nyawa anak bangsa, menjadi pelajaran agar tidak terulang di masa depan.
Semoga kalimat "tidak ada sepak bola yang seharga nyawa" yang banyak terucap hari ini akan terwujud menjadi evaluasi menyeluruh dan perubahan nyata ke depan.
— Anies Rasyid Baswedan (@aniesbaswedan) October 2, 2022
Dari Surabaya untuk Malang
Ribuan Bonek dan seluruh warga Surabaya datang ke Tugu Pahlawan untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan 1 Oktober#Persebaya #SurabayaUntukMalang pic.twitter.com/BFx07UOAcI
— Official Persebaya (@persebayaupdate) October 3, 2022

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
