Hampir seluruh wilayah di Indonesia sedang mengalami musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Dampaknya banjir terjadi di mana-mana, tak terkecuali di DKI Jakarta. Prihatin sekali banyak banjir di Indonesia.
Banjir telah melanda berbagai daerah di Indonesia seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, Banten. Jawa Tengah, Jawa Barat dan berbagai daerah lainnya.
Sebagai contoh, banjir dan longsor terjadi di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, meluas. Total sebanyak 15.496 jiwa di 40 desa dan 15 kecamatan, terdampak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Wijonardi mengatakan, banjir dan longsor terjadi setelah diguyur hujan lebat (Viva.co.id., Selasa, 11 Oktober 2022 – 12:18 WIB).
Contoh daerah lain yang dilanda banjir pulau Dewata. Curah hujan tinggi yang melanda pulau Bali menyebabkan tiga wilayah di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, mengalami banjir pada Sabtu (8/10/2022).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung I Ketut Murdika mengungkapkan, tiga lokasi di kawasan Kuta yang dilanda banjir, yakni Jalan Blong, Jalan Dewi Saraswati, dan Jalan Pandawa.
Dari tiga wilayah tersebut, pihaknya telah melakukan evakuasi terhadap 154 orang wisatawan dari tempat mereka menginap.
“(Dari 154 wisatawan ini) 35 orang WNA (Warga Negara Asing), sisanya WNI (Warga Negara Indonesia),” kata dia melalui aplikasi pesan singkat Whatsapp, pada Sabtu (Kompas.com, 9 Oktober 2022, 03:51 WIB).
Banjir juga terjadi di Jawa Barat. Adapun daerah yang dilanda banjir adalah Cianjur. BPBD mencatat selama dua hari terakhir lima kecamatan di bagian selatan Cianjur, dilanda bencana alam banjir dan longsor dengan total 115 rumah terendam banjir dan puluhan rumah rusak akibat longsor, tidak ada korban jiwa hanya beberapa kepala keluarga mengungsi (Antara, Rabu, 7 September 2022 16:24 WIB).
Selain itu, berdasarkan data dari BPBD, hujan lebat yang turun selama 4 jam di sebagian besar Kabupaten Lebak pada hari Minggu (9/10/2022) menyebabkan meluapnya sungai Cibareno, Cisiih, Cimadur, Cicantra, Peucang Pari, dan Sungai Cibadak.
Akibatnya, banjir melanda di 5 Kecamatan yakni Kecamatan Bayah, Cibeber, Panggarangan, Cilograng, dan Cigemblong (Kompas, 9 Oktober 2022, 21:25 WIB).
Banjir juga menerjang Kota Sorong, Papua Barat, Sabtu (8/10/2022) malam. Ratusan rumah warga pun terendam usai hujan selama tiga jam. Lokasi terparah berada di kompleks Jalan Nuri Kota Sorong. Kondisi Kali Remu yang meluap menyebabkan rumah penduduk terendam banjir hingga dada orang dewasa (INews.id., Minggu, 09 Oktober 2022 – 08:01:00 WIT).
Banjir juga melanda dua kecamatan pada dua kabupaten di Kalimantan Tengah sejak Sabtu (3/9/2022) pukul 03.00 WIB hingga Ahad (4/9/2022) pukul 16.00 WIB. Peristiwa ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah tersebut. (Republika.co.id, Selasa , 06 Sep 2022, 23:37 WIB).
#Foto Hampir sepekan banjir melanda belasan kecamatan di Aceh Utara. Pemerintah Aceh Utara pun menetapkan status darurat banjir selama 14 hari ke depan. Begini kondisinya.
Foto: ANTARA FOTO/Rahmad pic.twitter.com/N3UFZybyp2
— detikcom (@detikcom) October 11, 2022
Akibat hujan deras, sejumlah wilayah di Kabupaten Pangandaran dan Kota Sorong terendam banjir. #HeadlineNewsMetroTV pic.twitter.com/RKBBwuyoHO
— METRO TV (@Metro_TV) October 8, 2022
Sejumlah kecamatan di Kalimantan Barat terendam banjir pada Senin (10/10). BPBD Kabupaten Sintang menyebut banjir dikarenakan tingginya curah hujan sejak Sabtu (8/10). https://t.co/h8YGWhY1X2 #CNNIndonesia pic.twitter.com/cIL1d49qCH
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) October 11, 2022
Cuaca Ekstrim
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati membeberkan sejumlah wilayah berpotensi menghadapi cuaca ekstrem hujan lebat disertai kilat dan angin kencang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.
Dwikorita menyebutkan, dalam tiga hari ke depan terdapat sejumlah wilayah yang berpotensi terdampak hujan lebat dengan kategori siaga, atau berpotensi banjir. Delapan provinsi itu meliputi sebagian wilayah Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah.
Potensi cuaca ekstrem tersebut, kata Dwikorita, akan terjadi selama sepekan ke depan. Cuaca ekstrem yang dimaksud meliputi hujan lebat yang disertai kilat dan angin kencang diprediksi terjadi pada periode 9-15 Oktober 2022.
Ia menyebutkan hal tersebut didapat dari hasil analisis terkini bahwa kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia. “Masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan,” tutur Dwikorita.
Adapun potensi terjadinya cuaca ekstrem tersebut adalah hasil analisis dinamika atmosfer yang menunjukkan adanya sirkulasi siklonik. Sirkulasi siklonik itu membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan.
Tak hanya itu, menurut Dwikorita, pemicu lainnya adalah aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin.
“Interaksi fenomena itu secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.
Lebih jauh, ia berharap agar hasil analisis BMKG ini menjadi bentuk perhatian pemerintah daerah, pemangku kepentingan terkait, hingga masyarakat. Ia pun meminta sejumlah pihak memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
BMKG menyebut fenomena itu dengan istilah waterspout, karena puting beliung terjadi di wilayah perairan. https://t.co/HuipW7dwhN
— Kompas.com (@kompascom) October 11, 2022
BMKG: Waspada Potensi Hujan Jakbar, Jaktim, dan Jaksel Sore Hari https://t.co/vOR7I0GvsI
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) October 10, 2022
Pencegahan Banjir
Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patria sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan seluruh jajaran terkait telah melakukan berbagai upaya seperti lubang biopori untuk resapan air telah dibuat di berbagai tempat di Jakarta.
Dalam upaya pengendalian banjir, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai program yang tidak berorientasi pada betonisasi, seperti program Gerebek Lumpur dengan mengintensifkan pengerukan pada selokan, kali, situ, waduk, lalu membuat olakan-olakan, memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal, mengimplementasikan Blue and Green yaitu taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa.
Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan pompa sepanjang tahun di 178 lokasi rumah pompa. Terdapat 457 pompa stasioner di dekat sungai, waduk, maupun pintu air. Lalu, terdapat 282 unit pompa mobile atau portabel yang tersebar di lima Kota Administrasi. Pemprov DKI Jakarta juga mendatangkan tambahan pompa mobile sebanyak 40 unit.
"Kita tidak bisa mengendalikan curah hujan, tapi kita bisa mengendalikan penanganan sesudahnya," kata Anies. https://t.co/aQnaAhec02
— detikcom (@detikcom) October 11, 2022
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan bagaimana dirinya menangani banjir di Ibu Kota. Karena intensitas hujan tak bisa dikendalikan, maka Anies memilih untuk mengelola agar banjir tak sampai tergenang berhari-hari. https://t.co/oOMwZ3L3h4
— detikcom (@detikcom) October 11, 2022
Soal Banjir, Wagub Ariza: Intensitas Hujan Tinggi, Bukan Hanya Terjadi di Jakarta
#Sindonews #BukanBeritaBiasa .https://t.co/BDo9gWRq6Q
— SINDOnews (@SINDOnews) October 10, 2022
Prioritas pertama kita keselamatan warga. Kemarin kami memastikan penanganan banjir di Pondok Karya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Saya cek, setidaknya ada 20 warga yang dievakuasi. Alhamdulillah gerak cepat petugas lintas dinas mengevakuasi warga telah selesai. pic.twitter.com/4H92PPQp1O
— Ariza Patria | 6 M | Siaga Bencana (@ArizaPatria) October 5, 2022
Normalisasi sungai
Normalisasi sungai, dengan cara pembebasan lahan untuk memperlebar kapasitas sungai. Namun, langkah ini terkendala pembebasan lahan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan pembebasan lahan merupakan pekerjaan yang kompleks, lantaran surat-surat administrasi yang tumpang tindih. Itu sebabnya, pembebasan lahan untuk normalisasi sungai tidak dapat dieksekusi dengan cepat.
“Memang pembebasan lahan di Jakarta ini bukan pekerjaan yang mudah karena banyak sekali lahan di Jakarta yang masih bersengketa, tumpang tindih, ada yang surat suratnya duplikat dan lain sebagainya,” ucap Riza di Balai Kota, Selasa malam (2/11).
2. Mengeruk dan membangun waduk, sungai, embung
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022 masih merupakan bagian dari program naturalisasi/normalisasi sungai.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menilai program yang telah dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI sebagai penanggulangan banjir menunjukan hasil baik. Program tersebut di antaranya gerebek lumpur.
“Kita bersyukur bahwa program gerebek lumpur yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta, sendimentasinya bisa dibersihkan. Sehingga bisa mengelola limpahan air hujan dengan lebih baik,” ucap Anies, Senin (8/2).
3. Drainase Vertikal
Semasa menjabat, Anies gencar membangun drainase vertikal melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA). Cara kerja drainase vertikal disebut untuk menyerap air yang menggenang di sebuah jalan. Ini pula yang menyebabkan, drainase vertikal sebagai sumur resapan.
4. Membangun polder
Masih dalam RPJMD, Anies mencanangkan membangun polder dengan luas 20.990,86 hektar.
Pemerintah DKI merinci menargetkan pembangunan dan revitalisasi lima sistem polder pada 2020-2022. Rinciannya adalah Polder Sunter Timur 1B, Polder Muara Angke, Polder Teluk Gong, Polder Green Garden, dan Polder Kamal.
5. Membangun olakan
Fungsi olakan hampir mirip seperti waduk, menampung air hujan, untuk menekan beban volume air mengalir ke sungai.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, mengatakan, sudah ada 11 olakan yang terbangun.
“Dengan cara membuat olakan-olakan dengan kita tampung seperti ini di Kelapa Gading ini, di bawah LRT ini, ada 11 olakan yang kita buat. Kemudian nanti disalurkan ke sungai, dan diteruskan ke laut.
6. Membuat Waduk
Upaya penanggulanhan banjir di Jakarta ialah mrnbuat waduk untuk menampung air hujan. Salah satu yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
1. Waduk Brigif
Waduk Brigif ini berada di kawasan Cimpedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Waduk Brigif, diharapkan dapat mengurangi dampak genangan di daerah hilir Kali Krukut dengan memiliki volume tampungan 308.000 meter kubik.
2. Waduk Pondok Ranggon
Berlokasi di Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, waduk ini memiliki kapasitas tampung sebesar 333.575,51 meter kubik. Waduk ini berdiri di lahan seluas kurang lebih 165.506 meter persegi.
Waduk Pondok Ranggon diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengendalian banjir pada daerah di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Sunter dengan potensi reduksi debit banjir sebesar 16,4 persen.
Waduk Lebak Bulus
Waduk berikutnya yang diresmikan Anies berlokasi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan kapasitas tampung sebesar 40.000 meter kubik.
Didirikan pada lahan seluas 38.600 meter persegi, Waduk Lebak Buluk diharapkan dapat mengendalikan banjir di daerah sepanjang DAS Kali Grogol dengan protensi reduksi debit banjir sebesar 11 persen.
4. Waduk Wirajasa
Waduk selanjutnya yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah waduk Wirajasa yang berlokasi di Kelurahan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur.
Waduk berkapasitas 25.000 meter kubik ini berdiri pada lahan seluas 8.052 meter persegi dan bisa berkontribusi terhadap pengendalian banjir di kawasan Wirajati-Wirajasa.
Sangat banyak langkah pencegahan yang dilakukan oleh Anies Baswedan dan jajarannya untuk mencegah banjir di DKI Jakarta. Fakta yang kita saksikan curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir, tetapi kita patut bersyukur, kawasan yang mengalami banjir semakin berkurang dan
Banjir segera surut.
Foto Udara Pembangunan Waduk Lebak Bulus Salah Satu Lokasi Pengendali Banjir di Jakarta Selatan https://t.co/Js2dMnp00n #TempoFoto
— tempo.co (@tempodotco) October 11, 2022
Pembangunan waduk Brigif salah satunya yang diharapkan dapat mengurangi luapan air kali Krukut yang menjadi penyebab utama banjir di kawasan Kemang, Petogogan, Cilandak dan Ciganjur. https://t.co/ns6OyEQkD6 pic.twitter.com/zWtfU92uIN
— #PrayForKanjuruhan (@CNNIDdaily) October 7, 2022
Mengapa Anies Dicaci Maki?
Beberapa mengatakan kegagalan Anies Baswedan dalam menangani banjir dan macet.
Hak publik menilai, tetapi yang bersangkutan tidak memiliki kepakaran sedikitpun dalam bidang yang dia nilai. Sama sekali tidak memiliki kepakaran dalam masalah banjir dan macet.
Dalam konteks banjir, sebaiknya kita ajukan pertanyaan:
1) Apakah banjir hanya terjadi di Jakarta? Jawabannya banjir terjadi di seluruh Indonesia.
2)Apakah banjir lebih parah setelah Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun? Jawabannya, Jakarta masih banjir tetapi titik yang banjir semakin berkurang dan cepat surut.
Oleh karena itu, penilaian yang negatif dan bahkan caci maki kepada Anies yang dianggap gagal mengatasi banjir adalah salah-hanya merupakan ekspresi dari sikap tidak adil dan tidak benar. Anies dan jajarannya telah sukses mengurangi banjir dan dampaknya di DKI Jakarta, yang harus yang diteruskan oleh Gubernur selanjutnya demi mewujudkan kesejahteraan bagi warga DKI Jakarta.
Terdapat Tawaran Pekerjaan Menyumbat Saluran Air di Jakarta Agar Banjir, Anies Baswedan Ditarget! https://t.co/qL6UVuqj7I
— Keuangan News (@keuangannews_id) October 11, 2022
Hasto Meminta NasDem Menjawab, Kenapa Banyak Banjir Usai Deklarasi Anies Baswedan? https://t.co/frWdv76C42
— Keuangan News (@keuangannews_id) October 10, 2022

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
