Pada tanggal 7-10 November saya berada di Sulawesi Tenggara untuk menjadi narasumber dalam seminar Satu Untuk Sultra yang diselenggarakan oleh Forum Sultra Bersatu yang merupakan perhimpunan para tokoh dan generasi muda pelanjut Sulawesi Tenggara.
Sebagaimana diketahui, 58 tahun lalu tokoh-tokoh pejuang pembentukan Provinsi Sultra yang terdiri dari para tokoh yang mewakili Kendari, Buton, Muna dan Kolaka telah berperan besar dalam pembentukan provinsi Sulawesi Tenggara, untuk terpisah dari Sulawesi Selatan.
Setelah Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri 58 tahun, dengan sumber daya alamnya yang luar biasa kaya, para tokoh masyarakat Sultra dan generasi muda merasa sangat khawatir dan prihatin karena ada yang datang ke Sultra, setelah kaya raya dari eksploitasi kekayaan sumber daya alam Sultra, dengan uang yang dimiliki tidak lagi berseri, saat ini tengah berjuang untuk menjadi Sultra satu pada 2024.
Kondisi tersebut membuat para tokoh dan generasi muda Sultra sadar akan bahaya yang bakal mereka alami di masa depan, karena sudah kuasai ekonomi, mau kuasai pula politik.
Oleh karena itu mereka berhimpun dan menyatukan pandangan dan langkah. Wujudnya mereka menyelenggarakan seminar Satu Untuk Sultra, dengan menghadirkan narasumber dari Jakarta yang berasal dari kabupaten di Sultra yaitu Laode Masihu Kamaluddin mewakili etnis Wolio (Buton), Musni Umar mewakili etnis Tolaki (Kendari), Habil Marati mewakili etnis Muna. Selain itu, turut menjadi narasumber Nora Mokodompit dan Rusmin dari tokoh muda Sultra.
Disamping itu, mereka mengundang Rocky Gerung sebagai pembicara kunci yang mendapat apresiasi luar biasa dari peserta yang memenuhi Ballroom Hotel Claro Kendari.
Bangkit Bersama
Sumber daya alam yang sangat kaya di Sulawesi Tenggara harus dikelola untuk mewujudkan kebangkitan rakyat Sultra dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan sebagainya.
Hal tersebut sesuai pasal 33 ayat 3 UUD 1945 “Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Tugas para tokoh dan generasi muda hari ini dan di masa depan adalah berjuang sekeras-kerasnya agar kekayaan alam Sulawesi Tenggara yang melimpah dinikmati bersama sesuai pasal 33 ayat 3 UUD 1945 bahwa kekayaan alam yang terkandung di bumi Sulawesi Tenggara harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Sulawesi Tenggara, bangsa dan negara republik Indonesia serta investor yang mengelola sumber daya alam Sulawesi Tenggara.
Untuk itu, rakyat Sulawesi Tenggara harus bersatu supaya memiliki posisi tawar yang kuat. Selain itu, harus bersama dengan semua kekuatan masyarakat Sulawesi Tenggara di daerah dan pusat memperjuangkan terwujudnya kebangkitan Sulawesi Tenggara di bidang ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.
Dalam diskusi terbatas dengan beberapa tokoh muda di Sultra (9/11) mereka menyatakan, tidak banyak berharap akan terjadi perubahan di daerah Sultra pasca pemilu Presiden 2024 karena para calon Gubernur yang sudah memasang baliho di seluruh penjuru Sultra sudah memiliki cantolan di lingkaran kekuasaan di pusat.
Keadaaan akan berubah di daerah, kalau pemilu Presiden 2024 menghadirkan perubahan dengan hadirnya Presiden baru yang bukan merupakan kelanjutan dari rezim yang sedang berkuasa.
Semua Mau Jadi Gubernur
Masyarakat Sultra berhak menjadi tuan di daerahnya dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.
Oleh karena itu, masyarakat Sultra jangan merasa lemah, tidak berdaya dan pasrah. Kita akan diperlakukan sebagaimana keadaan kita. Maka kita harus bersatu agar kuat dan diperhitungkan.
Mengenai masa depan politik di Sultra pemilu 2024, saya sarankan supaya jangan semua mau jadi Gubernur. Kalau semua merasa tokoh dan mau jadi Gubernur, insya Allah tidak ada yang jadi Gubernur putra daerah.
Untuk menyeleksi para putra daerah yang banyak pasang baliho di berbagai penjuru Sultra, maka lihatlah rekam jejak mereka selama menjadi Bupati apa yang mereka perbuat untuk rakyat.
Untuk memenangkan pertarungan pemilihan kepala daerah 2024, sebaiknya dilakukan tiga hal. Pertama, menyadari adanya musuh politik yang tidak mungkin dikalahkan jika tidak bersatu.
Kedua, pentingnya ditumbuhkan kebersamaan dan kesadaran bahwa kepemimpina Sultra harus tetap di tangan rakyat Sultra yang dipimpin oleh tokoh terbaik Sultra.
Ketiga, perlunya mengutamakan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi dan golongan.
Sehubungan itu, hasil seminar “Satu Untuk Sultra” harus disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat agar dipahami dan dihayati.
Hanya dengan persatuan, kebersamaan dan kerelaan untuk menurunkan ego para tokoh yang bersaing, bisa menghindarkan dari kekalahan yang memalukan dalam perebutan kursi Sultra 1 tahun 2024.
Dengan tetapnya penguasaan politik ditangan rakyat Sultra melalui terpilihnya putra daerah terbaik dalam pemilihan kepala daerah 2024, maka kebangkitan Sulawesi Tenggara melalui pengelolaan sumber daya alam akan menjadi kenyataan. Yakin usaha sampai.
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
