Acara Nusantara Bersatu di GBK (26/11/2022) yang digagas Relawan Jokowi, mendapat banyak kritikan termasuk dari Sekjen PDIP.
Apalagi mendengar pernyataan Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) saat berdialog langsung dengan Presiden, terselip kata siap tempur melawan para musuh.
Percakapan Benny Ramdhani dengan Presiden, yang mengajak bertempur dengan masyarakat yang dianggap anti pemerintah, merupakan perkataan yang tidak patut diucapkan.
Sejatinya sebagai pejabat, saat menyampaikan sambutan dan percakapan dengan presiden hendaknya ucapan yang mempersatukan seluruh bangsa Indonesia bukan bertempur dengan mereka yang dianggap bukan bagian dari pemerintah.
Video Tim Internal Jokowi Bocor, Kepala BP2MI Minta Perang https://t.co/83todPHuq6 pic.twitter.com/wL8tORzn60
— VivaCoid (@VIVAcoid) November 28, 2022
Acara Nusantara Bersatu mendapat sindiran keras dari PDIP. Menurut Sekjen PDIP, gerakan relawan yang mengatasnamakan diri gerakan nusantara bersatu itu hanya ingin mengambil keuntungan tanpa melihat dampaknya bagi presiden. https://t.co/ns6OyEQSsE pic.twitter.com/GyLX1eRtwz
— CNN Indonesia Daily (@CNNIDdaily) November 30, 2022
Semua Presiden Dihina Termasuk SBY Bahkan Anies Yang Bukan Presiden
Di era Orde Reformasi, tidak ada Presiden yang tidak mendapatkan penghinaan. Sebagai contoh Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mendapat penghinaan. Begitu juga Presiden Megawati mendapat penghinaan dari publik.
Hinaan yang paling menyakitkan yaitu terhadap Presiden BJ Habibie pada 14 Oktober 1999, saat Sidang istimewa MPR RI. Saya masih ingat sebagian anggota MPR RI tidak berdiri yang menunjukkan sikap tidak hormat kepada Presiden BJ. Habibie.
Pada Sidang Istimewa MPR hari itu, BJ Habibie sebagai Presiden RI ketika memasuki ruang Sidang Istimewa MPR RI yang dipimpin ketuanya Amien Rais, dia dihina.
Pada hal merupakan kelaziman protokoler, apabila seorang presiden memasuki ruangan, seluruh hadirin menyambutnya dengan berdiri. Tetapi sebagian anggota MPR tidak berdiri saat Presiden BJ. Habibie memasuki ruangan sidang di Gedung MPR. Bahkan tiba-tiba bergemuruh dengan suara: Huuuuuuuuuuuuu berkepanjangan!.
Koar itu bergema dari mulut sebagian besar peserta sidang MPR. Ditimpali pula oleh teriakan ejekan dari beberapa gelintir orang. (Nalar Politik, 12 September 2019).
Begitu juga Presiden SBY 10 thn SBY dihina, di bully, dan dicaci maki. Akan tetapi, BJ. Habibie dan SBY tidak pernah memerintahkan polisi supaya yang menghina mereka ditangkap.
“Terus terang selama 10 tahun kata SBY, saya jadi Presiden, ada ratusan perkataan dan tindakan yang menghina, tak menyenangkan, serta mencemarkan nama baik saya, kata SBY melalui akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, Minggu, 9 Agustus 2015.
Terus terang, selama 10 th jadi Presiden, ada ratusan perkataan & tindakan yg menghina, tak menyenangkan & cemarkan nama baik saya. *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) August 9, 2015
Apa belum puas terus memfitnah & hancurkan nama baik saya sejak November 2016, agar elektabilitas Agus hancur & kalah *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) February 14, 2017
Perlakuan yang diterima SBY bermacam-macam. “Foto Presiden dibakar, kerbau yang pantatnya ditulisi SBY, hingga kata kasar di media dan ruang publik.”
SBY berujar, seandainya dia menggunakan hak untuk mengadukan para penghinanya ke polisi, bisa jadi sudah ratusan orang jadi tersangka. Namun SBY lebih memilih berkonsentrasi pada pekerjaan.
Pelaporan terhadap para penghina, menurut dia, juga akan berdampak buruk bagi kebebasan berpendapat. Jika rakyat sudah tak lagi berani berpendapat, dia khawatir justru akan menjadi bom waktu bagi pemerintah. (Tempo.co.id, Minggu, 9 Agustus 2016 16.04 WIB).
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 sudah langganan di bully, dihina, dicaci maki dan segala macam sebutan yang bisa merah kuping jika membaca dan mendengarnya.
Akan tetapi, BJ. Habibie, SBY dan Anies Baswedan, tidak melaporkan mereka yang menghina kepada polisi.
Oleh karena itu, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia RI harus memahami sejarah di era Orde Reformasi.
Pernyataan Benny yang disampaikan kala mengklarifikasi video percakapannya dengan Presiden di tengah pertemuan relawan yang bertajuk Nusantara Bersatu pada Sabtu, 26 November 2022. Dalam video tersebut, Benny meminta untuk menindak lawan yang menyerang pemerintah dengan menegakkan hukum.
Benar, Presiden kerap dicaci dan dihina dalam lingkup yang bersifat personal. Namun, sudah banyak yang masuk penjara karena melakukan “hate speech.” Harus diakui, para buzzerp yang menyerang pribadi yang dianggap lawan pemerintah, tidak tersentuh hukum.
Mohon dibantu dengan himbauan dari Bapak Presiden untuk menghentikan Hate speech .. ujaran kebencian yg baik yang mengatasnamakan agama, Ras/Suku, Relawan dll … Pandemic sudah cukup membuat depress ekonomi sosial juga kesehatan jiwa masyarakat semua.
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) February 7, 2021
Anggota Komisi III DPR RI fraksi Nasdem, Taufik Basari, menilai pasal penghinaan presiden dan wakil presiden lebih baik dihapuskan. https://t.co/ns6OyEyJew pic.twitter.com/94qb6ndAQk
— CNN Indonesia Daily (@CNNIDdaily) November 28, 2022
Draft RKUHP Terbaru: Hina Presiden, Wapres, dan Menteri di Muka Umum Bisa Dipidana 1,5 Tahun.
Baca selengkapnya di sini: https://t.co/KviljD5RhF pic.twitter.com/cW4JbcDAjR
— Kompas.com (@kompascom) November 24, 2022
Stop Fitnah, Caci-maki dan Adu Domba
Perilaku warga yang sering menyebarkan fitnah, caci maki, adu domba dan sebagainya harus dikutuk karena melakukan perbuatan yang dilarang agama, hukum dan sangat bertentangan dengan Pancasila, sadar negara kita.
Akan tetapi, perbuatan fitnah, caci maki, adu domba dan sebagainya tidak terlepas dari dampak pendidikan kita yang gagal mewujudkan karakter moral.
Mereka yang berkarakter moral pasti tidak akan memfitnah, mencaci-maki, menghina, melakukan adu domba dan sebagainya.
Oleh karena itu, pendidikan kita di masa depan harus menanamkan karakter moral yaitu akhlak mulia, watak yang baik, keimanan dan ketakwaan yang prima, serta budi pekerti yang baik.
Kita prihatin dan mengutuk keras perbuatan fitnah, caci-maki, menghina, adu domba dan sebagainya. Akan tetapi, kita harus mencari akar masalah, mengapa masih saja terjadi fitnah, caci-maki, menghina, adu domba dan sebagainya?.
Menurut saya, hal itu terjadi akibat adanya persaingan politik. Sementara mereka yang bersaing dan para pendukungnya belum memiliki karakter moral dan akhlak mulia. Sebab lain, kita belum berhasil membangun budi pekerti yang menghormati orang lain, tidak iri hati, tidak mengumbar kejelekan orang di ruang publik, menyayangi orang lain sebagaimana kita menyayangi diri kita, dan memberi penghormatan kepada orang lain.
Merupakan keniscayaan kita beda asal usul, agama dan partai politik. Akan tetapi jangan mereka yang berbeda dengan penguasa dianggap sebagai musuh politik, musuh pemerintah dan musuh negara.
Selain itu, yang amat perlu kita tanamkan dalam pendidikan ialah membangun karakter kinerja, disiplin, rajin, ulet dan kerja tuntas. Untuk meraih kedudukan tinggi harus menunjukkan kinerja, bukan mencari muka ke atasan dengan berbagai macam cara agar atasan suka kepada yang bersangkutan.
Sangat disayangkan, mentalitas sebagian dari kita masih ada yang cari muka ke atasan dengan tidak menunjukkan kinerja dan rekam jejak yang hebat. Perbuatan dan sikap semacam itu, merupakan perbuatan yang tidak patut dilakukan. Sebaiknya kita bersaing dengan membangun kinerja dan rekam jejak yang hebat.
Politikus PDIP) Ruhut Sitompul kerap menyerang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di media sosial.
Melalui akun Twitternya, Ruhut pernah mengunggah serangan untuk Anies mulai 'Banyak dosa Gabener', meme pakai koteka hingga foto dengan wajah masa bodo.https://t.co/otDzlsNyzq pic.twitter.com/hFaqVxytOF— VivaCoid (@VIVAcoid) July 5, 2022
Ruhut Unggah Meme Anies Ngemis Jadi Pembicara Muktamar Muhammadiyah, Musni Umar: Berhentilah Fitnah https://t.co/YcVc4cTn2S
— VivaCoid (@VIVAcoid) November 21, 2022
Oleh karena itu, sudah saatnya kita belajar dari Korea Selatan, yang dalam 60 tahun bisa meraih kemajuan seperti Eropa. Begitu juga, Jepang yang dalam waktu 120 tahun baru mampu menyamai kemajuan barat. Penyebabnya, karena masyarakat Korea dan Jepang telah memiliki karakter moral yang tinggi dan karakter kinerja. Mereka pekerja ulet, tangguh, rajin dan kerja tuntas. Bukan menjadikan pekerjaan dengan memfitnah, menghina, merendahkan orang, memecah belah bangsa, adu domba dan sebagainya untuk mendapatkan uang.
Maka, orientasi pendidikan kita di masa depan harus difokuskan untuk membentuk karakter moral dan karakter kinerja. Dengan demikian, kita harapkan tidak ada lagi yang melakukan berbagai tindakan, perkataan, dan tulisan yang memfitnah, mencaci maki, menghina, mengadu domba dan sebagainya untuk mendapatkan uang dan jabatan karena perbuatan semacam itu dilarang oleh agama dan hukum.
Semoga tulisan ini memberi pencerahan dan penyadaran kepada seluruh bangsa Indonesia khususnya dunia pendidikan. Kita harus bisa mencetak insan terdidik yang memiliki karakter moral, karakter kinerja dan tentunya sesuai dasar negara kita, Pancasila.
Seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 3 Gunung Pangilun, Padang, menciptakan media pembelajaran kotak pancasila. Hal ini agar anak-anak mudah paham. https://t.co/Y12luZ98gB
— detikcom (@detikcom) November 5, 2022
Implementasi Pancasila dalam dunia pendidikan semakin masif dilakukan Pemerintah. https://t.co/FBJ5ZrT2WR
— Republika.co.id (@republikaonline) November 30, 2022

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
