Pada 13 Januari 2023, saya diundang Yayasan Anak Indonesia Bermartabat (YAIB) yang dipimpin Dr. Sulhan untuk menyampaikan ceramah dengan tema Patriot dan Nasionalisme. Kegiatan ini atas kerjasama Kementerian Pemuda dan Olahraga – Kemenpora RI.
Tema ini cukup menarik. Menurut saya patriotisme dan nasionalisme tidak lagi tercermin dalam perilaku sebagian bangsa Indonesia.
Kita sering mendengar “NKRI Harga Mati.” Namun jargon tersebut tidak tercermin dalam perkataan, tulisan dan perbuatan.
Secara bahasa, patriotisme berasal dari kata patriot dan isme yang berarti kepahlawanan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), patriotisme adalah “sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.”
Dari pengertian “patriotisme” tersebut, penting kita bertanya: apakah masih ada manusia Indonesia yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah air Indonesia?”
Jika merujuk kepada pengertian patriotisme di atas, dapat dipastikan sudah tidak ada yang memiliki patriotisme. Jika demikian, maka apa urgensinya membicarakan patriotisme?.
Menurut saya, tetap diperlukan memperbincangkan patriotisme, tetapi maknanya harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Dalam rangka itu, diperlukan adanya revitalisasi pengertian patriotisme yang relevan dengan perkembangan sosial ekonomi dan politik serta kemajuan dalam bidang teknologi.
Dalam ceramah di Pusat Pelatihan BSSN Sentul, Bogor, Jakarta Barat saya menegaskan bahwa para pemuda yang mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan BSSN juga adalah patriot. Agar memiliki nasionalisme yang tinggi diberi ceramah tentang patriot dan nasionalisme dan praktek dalam bentuk outbound.
Tantangan Bangsa dan Negara
Patriotisme semakin dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setidaknya ada lima alasan, untuk memastikan patriotisme sangat dibutuhkan saat ini dan di masa mendatang. Oleh karena, kita menghadapi setidaknya lima ancaman.
Pertama, ancaman dalam bidang keamanan yang bersumber dari dalam dan luar negeri.
Kedua, ancaman dalam bidang ekonomi.
Ketiga, ancaman dalam bidang teknologi
Keempat, ancaman dalam bidang politik.
Kelima, ancaman dalam bidang ideologi.
Sementara, kita menghadapilima ancaman yang dikemukakan di atas, sementara patriotisme dan nasionalisme meredup yang disebabkan berbagai sebab.
Pertama, alasan pragmatisme (berpikir praktis)
Kedua, alasan keselamatan diri dan keluarga
Ketiga, alasan ekonomi
Keempat, alasan individualistik (mementingkan diri sendiri)
Kelima, alasan politik
Revitalisasi Nasionalisme & Patriotisme
Nasionalisme menurut saya, merupakan kata yang berkaitan erat dan menjadi pendorong utama tumbuhnya “patriotisme.”
Tanpa nasionalisme tidak akan tumbuh patriotisme sejati. Nasionalisme tidak lain adalah suatu paham yang menganggap kesetiaan tertinggi setiap pribadi haruslah kepada bangsa dan negara. Hal tersebut harus tercermin sebagai sikap mental dan tingkah laku individu maupun masyarakat yang ditunjukkan kepada loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negara.
Loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negara, harus didorong oleh patriotisme yang siap siaga untuk berkorban bagi kejayaan bangsa dan negara.
Kesetiaan setiap pribadi kepada bangsa dan negara serta siap berkorban mesti dalam rangka pengabdian (ibadah) yang paling tertinggi yaitu kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Itu sebabnya dalam Pancasila, sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Spirit nasionalisme dan patriotisme akan lebih hebat jika disertai dengan spirit Ketuhanan Yang Maha Esa. Mereka yang mencintai bangsa dan negara dan rela berkorban untuk membela bangsa dan negara, akan sangat kuat, hebat dan tangguh jika disertakan dalam rangka pengabdian (ibadah) kepada Allah.
Mengapa spirit nasionalisme, patriotisme dan spirit Ketuhanan Yang Maha Esa lebih kuat, lebih hebat dan lebih tangguh karena, bangsa Indonesia meyakini akan memperoleh dua kebaikan. Pertama, kebaikan, keselamatan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Kedua, kebaikan dan keselamatan di akhirat dengan imbalan surga yang disediakan oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa bagi mereka yang berjuang di jalan Allah membela bangsa dan tanah air.
Bangun Peradaban Besar
Patriotisme dan nasionalisme akan bangkit jika diberi makna baru dengan mengaitkan sila pertama dari Pancasila dan seluruh sila dalam Pancasila.
Tidak saja mengaitkan patriotisme dan nasionalisme dengan lima sila dari Pancasila, tetapi menjadikan spirit patriotisme dan nasionalisme untuk mewujudkan lima sila dalam Pancasila.
Jika hal itu dilaksanakan, maka bangsa Indonesia tengah membangun peradaban. Menurut pemikir Islam Abul a’la al-maududi bahwa peradaban (hadharah) tidak lain hanyalah sebuah sistem yang integral, yang mencakup semua yang dimiliki oleh manusia, meliputi pemikiran, ide, tindakan, dan moral dalam kehidupan mereka, baik secara personal, keluarga, sosial, ekonomi, maupun politik.”
Dengan menjadikan patriotisme dan nasionalisme sebagai tools (alat) untuk melaksanakan lima sila dari Pancasila, maka melalui spirit Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti kita tengah membangun sebuah peradaban yang hebat sebagaimana dikemukakan Abul A’la Al Maududi.
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
